Dari kecil selalu di berikan pertanyaan, besok besar cita-citanya
apa?, dan mungkin sebagian umat manusia memiliki cerita yang sama, jawabannya
adalah, dokter,polisi,tentara,pengusaha,orang kaya dll.
Lalu pertanyaannya jika cita-cita itu hanya menguntungkan untuk
dirinya sendiri, apakah masih perlu cita-cita itu? lalu apakah memang kita
hidup di haruskan untuk menjadi manusia yang individu? Dan akhirnya banyak
manusia yang dengan sangat giatnya mengeruk keuntungan pribadi untuk mewujudkan
cita-citanya itu? dan mungkin hampir tak pernah menanyakan mengapa dia ingin
meraih cita-cita itu? lalu sebenarnya apa yang harus di cita-citakan?
Pada dasarnya tak ada cita-cita yang akan tercapai selain cita-cita
yang hanya berbentuk identitas, Dokter, guru, polisi, pengusaha, presiden, dll
sangat mudah untuk di dapatkan sekali lagi Karena itu sifatnya hanya sebatas
identitas, namun jika kita lebih mendalam tentang personalitas? Akan sulit kita
sampai ke ujung akhir perjuangan.
Namun wajar karena hakikatnya di dunia ini tidak ada cita-cita yang
selesai, karena kembali ke konsep bahwa, dunia tempat bermain dan belajar
(sementara).
Mahat magandi yang
mengharapkan selalu ada perdamaian namun sebelum perdaimaian itu sendiri
benar-benar tercapai beliau sudah pergi meninggalkan dunia.
Hasyim asyari yang
menginginkan manusia-manusia tingkah lakunya berlandaskan untuk saling
memanusiakan manusia, belum selesai perjuangannya, malah beliau sudah pergi
meninggalkan dunia.
Soekarno yang menginginkan
negaranya menjadi negara yang cerdas dan selalu mengingat jati diri asli bangsanya,
belum selesai perjuangannya, malah sudah meninggalkan dunia.
Ki hajar dewantara yang
menginginkan pendidikan yang benar-benar berlandaskan moral, belum selesai
perjuangannya beliau sudah pergi jauh meninggalkan dunia.
Namun semua
tetap kembali kepilihannya masing-masing, manusia mempunyai kualitas dan
dimensinya masing-masing.
Memang benar
kata si tua. TUHAN menciptakan manusia
bukan perkara hanya ada, namun seperti apa, melakukan apa, dan bagaimana.
Penulis : Punto Ali Fahmi
Penulis : Punto Ali Fahmi
Comments
Post a Comment