Si gundul seharusnya lebih cerdas mengahadapi situasi yang sedang
mengganggunya ini, situasi yang dari beribu sudut sedang menyerangnya, sudut
uang, sudut mental, sudut tanggung jawab, sudut kepercayaan kepada tuhan, sudut
kesabaran, sudut ketenangan, dan masih banyak sudut lagi yang menghampiri si
gundul.
Melihat dari kejauhan gundul sepertinya lelah, gundul berjalan tak
semangat, tidur pun tak semangat, akhirnya pada suatu ketika si gundul harus
menyendiri di sebuah gua yang sangat gelap dan sempit, entah apa yang di
pikirkan si gundul untuk mengambil
keputusan itu.
Di tengah diamnya si gundul menangis sangat lepas, lalu gundul
tiba-tiba ketakutan dan ingin segera keluar dari gua itu, di tabraknya
dinding-dinding, sampai dia terguling-guling karena terburu-buru ingin keluar
dari gua itu, sampainya di mulut gua, si gundul langsung bersujut masih sambil
menangis, “aku tidak seimbang, aku tidak seimbang aku tidak seimbang” bisiknya
pelan.
Spiritual, mental, moral, intelekual alangkah lebih baiknya untuk selalu kita seimbangkan? Jika tak seimbang hancurlah kita sebagai manusia, bukankah alam sendiri sudah memberikan gambaran jelas tentang konsep keseimbangan? Begitu tak sombongnya matahari yang mau mengalah ketika dia harus bergantian dengan bulan dan bintang untuk menampakkan diri ?, begitu iklasnya tanah yang rela menjadi alas untuk semua makhluk hidup dan tak pernah iri kepada awan dan langit yang berposisi di atasnya?, begitu luar biasanya akar yang menjadi kekuatan untuk tegaknya tumbuhan?, bukankah alam sudah mempertegas tentang sikap seimbang itu sangat di butuhkan?, lalu pertanyaannya, siapa yang menciptakan alam yang bisa kita jadikan pengalaman atau penyadaran tentang ilmu keseimbangan?
Siapa?
Kau jawab TUHAN?
Seberapa jauh kau paham TUHAN?
Seberapa jauh
DIA kau jadikan landasan?
Seberapa sering
kau merasa kau berTUHAN?
Penulis : Punto Ali Fahmi
Penulis : Punto Ali Fahmi
Comments
Post a Comment